12 Adab Persahabatan Sesuai Sunnah dalam Kitab Bidayatul Hidayah

12 Adab Persahabatan Sesuai Sunnah dalam Kitab Bidayatul Hidayah
Adab dalam persahabatan -- Persahabatan merupakan suatu hal yang melekat didalam  kehidupan kita, yang senantiasa di alami oleh seluruh Umat manusia di muka bumi. Di dalam agama islam, persahabatan sangat ditekankan, apalagi sebagai mitra dalam mempelajari ilmu khususnya Ilmu Agama. 

adab persahabatan

Teman itu ada 3 macam; ada teman untuk akhiratmu, ada teman untuk duniamu dan teman supaya engkau terhibur dengannya.

Oleh karena itu janganlah engkau bersaudara, kecuali dengan orang yang cocok untuk menjadi saudara teman. Ia harus mempunyai sifat-sifat yang disukai dalam berteman dengannya dan sesuai faidah-faidah yang diinginkan.

Rasulullah Saw. Pernah bersabda: “ Manusia itu mengikuti siapa yang disukainya dan ia mendapat apa yang dilakukannya.”(H.R Tirmidzi dari Anas). Karena itu kita harus memilah orang yang akan diajak bersahabat dan berteman, karena kita cenderung akan terbawa oleh sifat teman kita. Maka jika antum  mencari teman untuk menjadi mitramu dalam menuntut ilmu, perhatikanlah lima perkara di dalamnya.

Pertama, carilah orang berakal (cerdas), karena tidak ada kebaikan dalam berteman dengan orang dungu yang hanya menimbulkan keresahan dan berakibat pemutusan hubungan. Sebaik-baik teman yang dungu adalah ia bisa membahayakanmu di saat ingin memberimu manfaat. Musuh yang berakal lebih daripada teman dungu.

Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib R.A Pernah berkata:
“Janganlah engkau berteman dengan orang bodoh dan jagalah dirimu darinya. Banyak orang bodoh membinasakan  orang  berakal ketika berteman  dengannya.

Manusia dengan ukur dengan manusia bila ia berjalan dengannya, seperti sandal berdampingan dengan pasangannya. Sesuatu itu berdampingan ukuran dan kemiripan dengan benda lainnya, sedang hati itu menjadi petunjuk hati yang lain bila berjumpa dengannya.”

Kedua, Akhlak yang baik, hal itu harus dimiliki. Karena boleh jadi orang yang berakal memahami segala sesuatu. Akan tetapi, bila ia dikuasai amarah atau syahwat atau kekikiran atau sifat penakut, maka ia pun menuruti hawa nafsunya dan menentang apa yang diketahuinya karena tidak mampu mengatasi sifat-sifatnya dan meluruskan akhlaknya. Oleh karena itu, janganlah engkau berteman dengan orang yang buruk akhlaknya.

Bertemanlah dengan orang yang apabila engkau  berbuat baik kepadanya, maka ia membalasmu atau bila engkau berbuat sesuatu kebajikan, ia membantu. Jika ia melihat kebaikan darimu, ia menyebutnya dan jika melihat perbuatan buruk darimu, ia pun menutupinya.

Ketiga, janganlah engkau berteman orang fasik yang terus - menerus melakukan maksiat besar, karena tidak ada faidah dalam berteman dengannya. Karena orang yang takut kepada allah  akan berhenti berbuat dosa sedangkan orang yang tidak takut kepada allah, akan selalu menimbulkan gangguan pada orang lain.

Keempat, bertemanlah dengan orang yang tidak tamak terhadap dunia. Berteman dengan seorang yang tamak terhadap dunia adalah racun yang mematikan, karena tabiat diciptakan untuk meniru dan mengikuti temannya. Bahkan tabiat yang baik mencari dari tabiat yang fasid dari jalan yang tidak diketahui manusia.

Pergaulan dengan orang tamak menambah ketamakanmu dan pergaulan dengan orag zahid menambah kezuhudanmu. Oleh karena  itu tidaklah disukai bertemu dengan pencari dunia dan dianjurkan berteman dengan orang-orang yang menyukai akhirat.

Kelima, berkata benar, maka janganlah berteman dengan pendusta, karena engkau tidak tahu keadaan yang sebenarnya. Orang macam itu, bagaikan fatamorgana yang mendekatkan sesuatu yang jauh darimu dan menjauhkan yang dekat darimu. Janganlah berteman dengan orang yang kikir, karena ia menghalangimu untuk mendapatkan sesuatu yang paling engkau butuhkan.

Rasulullah Saw. Bersabda: “Tidaklah dua orang berteman, melainkan yang paling dicintai allah SWT adalah yang paling lemah lembut terhadap temannya.”

Kalau antum telah menemukan seseorang yang bisa dijadikan sebagai temanmu sekaligus sebagai mitra dalam mengarungi lautan ilmu, maka wajib bagimu untuk memelihara hak-hak persahabatan dan persaudaraan. Dengan cara memperhatikan adab-adab dalam persahabatan yang ada di awah ini:

1. Mengutamakan Temannya dalam Pemberian Harta


Adab persahabatan  sesuai sunnah yang pertama adalah mengutamakan temannya dalam pemberian harta. Jika tidak bisa melakukannya, maka ia beri temannya dari harta di saat temannya membutuhkan, walaupun sedikit. Adapun dalam hal ibadah, maka tidaklah disukai mengutamakan orang lain sebelum dirinya.

2. Menolong dengan jiwa dalam memenuhi kebutuhan atas kemauan sendiri tanpa menunggu permintaan


Hal itu lebih menampakkan tawadhu’ dan ini terbagi dalam beberapa tingkatan seperti menolong dengan harta. Maka yang terendah adalah memenuhi kebutuhan ketika diminta dan dalam keadaan mampu, tetapi dengan wajah berseri-seri dan menampakkan kegembiraan.

3. Menyimpan rahasia yang disampaikan temannya


Menyimpan rahasia yang disampaikan teman kepadanya dan tidak menyampaikannya kepada orang lain sama sekali maupun kepada temannya yang paling akrab dan tidak menyingkapnya sekalipun setelah pemutusan hubungan dan mengalami keresahan.

Ringkasnya ialah tidak menyampaian perkataan yang tidak di sukainya, kecuali bila wajib baginya mengucapkan sesuatu tentang amar ma’ruf atau nahi munkar dan ia tidak menemukan rukhsah untuk diam.

4. Menyampaikan sesuatu yang menyenangkan

Menyampaikan sesuatu yang menyenangkan berupa pujian kepadanya disamping menampakkan kegembiraan. Karena menyembunyikan hal itu merupakan kedengkian belaka.

Nabi Saw telah bersabda : “Apabila seseorang dari kamu mencintain saudaranya, hendaklah ia mengabarinya (pujian). Hendaklah ia mendengarkan dengan baik ketika temannya berbicara dan tidak menyelidiki keadaannya. Bilamana melihatnya di jalan atau sedang menunaikan keperluan, janganlah ia menanyainya tentang tujuan kepergiannya. Barang kali ia merasa berat menyebutnya.”

5. Hendaklah ia memanggil temannya dengan nama yang paling baik

Hendaklah ia memanggil temannya dengan nama yang paling baik dan disukainya serta memujinya dengan menyebut kebaikannya yang ia ketahui. karena hal itu  sebab terbesar utnuk menimbulkan kecintaan. Begitu pula dengan memuji anak-anak dan keluarganya dan segala yang menggembirakannya tanpa berdusta dan berlebihan. Hendaklah ia berterima kasih atas kebaikan terhadap dirinya.

6. Hendaklah ia memaafkan kesalahannya

Hendaklah ia memaafkan kesalahannya dalam agamanya karena melakukan maksiat atau kurang memenuhi hak persaudaraan, walaupun ia sanggup imbalannya, karena sikap itu lebih besat pahalanya. Adapun pelanggaran agama seperti perbuatan maksiat atau terus menerus melakukannya, maka nasihatilah dia dengan lemah lembut supaya ia kembali menjadi baik. Adapun kesalahan terhadap dirinya, maka tiada perselisihan bahwa yang lebih utama adalah memaafkan dan menanggungnya.

7. Mendo’akannya ketika berada sendirian

Mendo’akannya ketika berada sendirian di masa hidupnya dan sesudah matinya dengan segala yang disukainya bagi dirinya dan keluarganya. Maka engkau do’akan dia sebagaimana engkau mendo’akan dirimu.

Janganlah engkau bedakan antara dirimu dan dia, karena do’amu  baginya sama dengan doa’nya bagi dirimu.

Nabi SAW telah bersabda: “ Apabila seseorang berdo’a bagi saudaranya dalam keadaan sendirian, Malaikat berkata; Dan Bagimu seperti itu. Dalam lafadz lain: Allah berkata; Denganmu aku mulai.”

8. Tetap setia mencintainya

Tetap setia dalam mencintainya sampai mati terhadap dirinya maupun  anaknya dan para kerabatnya setelah temannya meninggal seperti sebelumnya. Karena cinta itu sesungguhnya dimaksudkan untuk di akhirat.

9. Hendaklah kamu berusaha meringankannya dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang memberatkannya.

Maka janganlah kamu meminta sesuatu yang memberatkan temanmu untuk menghindari kejemuan yang menimbulkan perpecahan.

Barang siapa tidak ikhlas dalam persaudaraan (persahabtannya), maka ia pun munafik. Bilamana batin menyembunyikan dendam  dan kedengkian, maka putus hubungan lebih baik daripada persahabatan.

10. Mendahului memberi salam

Mendahului memberi salam kepada temanmu ketika berjumpa. Demikian pula kepada orang yang tidak dikenal oleh kita. Dan melapangkan tempat duduk bagi temanmu ketika dalam suatu majelis.

11. Menyambut dan mengantarkan temanmu

Menyambut serta mengantarkan ketika temanmu berdiri hendak pulang atau datang demi menghormati temanmu tersebut, kecuali bila ia melarangmu.

12. Diam ketika temannya berbicara

Diamlah kamu ketika temanmu berbicara dengan kata lain janganlah kamu memotong perkataan temanmu hingga ia selesai. Memenuhi undangannya dan menjenguknya ketika temanmu sedang sakit.

Nah itulah beberapa adab persahabatan sesuai sunnah; perlakukanlah temanmu sebagaimana mestinya, karena hal itu menunjukkan kesempurnaan iman. Terima kasih telah menyimaknya, Wassalamu ‘alaikum Wa rahmatullahi Wa barakatuh.


(Muhammad Alif Maulana Nugraha)
Sumber : Kitab Bidayatul Hidayah Santri Menulis

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel