Bagaimana Cara Berthariqah? Berikut Menurut Maulana Al Habib Muhammad Luthfi

Bagaimana Cara Berthariqah? Berikut Menurut Maulana Al Habib Muhammad Luthfi
SANTRIMANDIRI.NET - Thariqah adalah jalan menuju Allah SWT. Thariqah merupakan buah dari syariat oleh karena itu thariqah tidak bisa lepas dari syariat. 

Semua thariqah yang mu’tabarah ada gurunya masing-masing dan mempunyai sumber yang sama, yaitu Baginda Nabi SAW, melalui jalur beberapa sahabat, diantaranya Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq RA, Umar Bin Khattab RA, Ali Bin Abi Thalib RA, Anas RA, Salman Al Farisi RA. Karena itu tidak mungkin thariqah yang mu’tabarah itu sesat atau lepas dari ajaran Islam.

Tapi, untuk meringankan beban umatnya, Rasulullah SAW mengajarkan bermacam-macam cara berdzikir kepada para sahabat sesuai dengan kemampuan mereka. 

Misalkan ada yang mampu berdzikir dalam hitungan  puluhan, maka disediakan pintunya. sedangkan bagi yang mampu hingga hitungan ribuan, juga disediakan pintunya. 

Tapi semua dzikir itu berdasarkan ayat alaa bidzikrillahi tathmainul qulub (berdzikir itu akan menenangkan hati), dan firman Allah SWT yang memerintahkan kita untuk memperbanyak dzikir. Sementara inti dari dzikir-dzikir tersebut sama yaitu supaya umat Islam tidak lalai kepada Allah SWT

Sekarang ini ada bermacam-macam thariqah dan semuanya mempunyai peraturan yang berasal dari Baginda Nabi SAW sendiri. Inti dari semua thariqah tersebut adalah dzikir Laa ilaahailallah Muhammadur-rasulullah dan dzikir sirrnya yaitu Allah, Allah, Allah atau Hu, Hu, Hu,(Dia, Dia, Dia) serta dzikir lain yang terkait dengan mentauhidkan Allah SWT.

Dzikir dalam thariqah tersebut bukan sekedar bacaan untuk mencari pahala, tetapi meraih buahnya, yaitu selalu mengingat Allah SWT. Buah ini akan mewarnai kehidupan individu atau pribadi yang menjalankan thariqah tersebut.

Melalui laman Majlis Ta'lim Darul Hasyimi Yogyakarta, beliau Abah memaparkan bagaimana cara kita berthariqah?
Bagaimana Cara Berthariqah Berikut Menurut Maulana Al Habib Muhammad Luthfi


Pelajari Makna Thoriqoh

Pertama-tama pelajarilah terlebih dahulu makna thariqah serta tujuannya, agar thariqah ini benar-benar bisa meluruskan jalan anda menuju Allah Ta’ala. Anda bisa mempelajarinya sedikit demi sedikit dari buku-buku atau kitab-kitab karya alim ulama yang shalih.

Intinya pelajari dahulu apa sebenarnya thariqah itu, agar kita memilih sebuah thariqah tidak sekadar ikut-ikutan orang lain, tapi mengetahui benar-benar mana thariqah yang sesuai dengan kita. Sebab thariqah bukan sekedar wiridan, tapi lebih daripada itu bekal perjalanan hidup kita menuju Allah Ta’ala.

Thoriqoh untuk Mendapat Ridho Allah


Untuk mendapat ridho Allah Ta’ala dan Rasul Nya hati kita harus benar-benar suci. Nah, melalui thariqah kita membersihkan hati kita dari sifat-sifat yang menodai hati kita sehingga kita tidak mendapat ridho Allah dan Rasul-Nya.

Sifat-sifat tersebut diantaranya takabur, hasad, riya, dengki, syirik dari yang kecil sampai yang besar. Kita bentengi hati kita dari penyakit-penyakit hati tadi dengan thariqah, supaya kita selamat dari itu semuanya yang merugikan diri kita di dunia sampai akhirat.

Thoriqoh Bertujuan Membersihkan Hati

Thariqah juga bertujuan untuk menghindarkan segala bentuk kelalaian, kealpaan, atau kelupaan kita kepada Allah Ta'ala.

Coba sebutkan berapa kali kita mandi dalam satu hari. Berapa kali kita basuh muka, tangan, telinga, ubun-ubun, kaki, ketika berwudhu.

Dalam satu kali berwudhu kita membasuh muka 3 kali. 

Dalam satu hari paling tidak kita berwudhu 5 kali, itu artinya kita membasuh muka setiap 15 kali sekali.
Lima belas kali dalam satu bulan berarti 450 kali. Apa hasil dari kita membasuh muka sebanyak itu? Tentu saja bersih, tapi apakah kebersihan itu juga menyentuh batin kita?

Seandainya kebersihan dalam berwudhu itu menyentuh batin kita, tentunya kita harus semakin rendah hati, semakin tawadhu’, kepada Allah, Rasul-Nya, juga kepada sesama manusia. Mata kita bersih karena air wudhu.

Maka, mata kita akan semakin jauh pandangan dan wawasannya. Itulah sudah semakin menyentuh batin kita. Jadi kita berwudhu sudah bukan sekedar memenuhi syarat berwudhu, tapi betul-betul menyentuh di dalam hati. Itulah gunanya thariqah.

Sekarang pertanyaannya, kalau kita sudah bersuci, berwudhu setiap hari lima kali, berapa kali kita membersihkan hati kita setiap hari?

Kalau kita mandi, berwudhu, atau bersuci sudah jelas fisik kita akan bersih.

Nah, bagaimana kita membersihkan hati yang letaknya ada dalam? 

Padahal hati merupakan sumber dari segala penyakit. 

Mulut dan perilaku kita hanya mengikuti apa yang ada didalam hati kita. Kalau hati kita tidak pernah dibersihkan, sedangkan alat untuk membersihkan hati manusia cuma berdzikir, bagaimana tingkah laku kita?

Nah disinilah pentingnya berthoriqah, dengan berthariqah kita tidak hanya melatih mulut dan lidah kita untuk berdzikir, tapi juga hati kita. Begitu pula telinga, tangan, kaki pendeknya semua anggota tubuh kita.

Jika setiap anggota tubuh kita diterangi oleh cahaya dzikir dan terlatih dengan dzikir, pada sakaratul maut tiba, misalnya, kita akan keluar dari dunia yang fana ini bidzikrillah, dengan dzikir kepada Allah dan akhirnya dengan khusnul khatimah.

Mari kita bersihkan hati kita dengan kalimah laa ilaahailallah Muhammadurrasulullah. Kalau hati kita sudah terwarnai dengan kalimat itu, kita akan merasa dilihat dan didengar oleh Allah SWT. Kita selalu khauf, takut yaitu takut sebagai makna Taqwa.

Kita akan selalu raja’, mengharap kepada Allah tidak kepada yang lain.

Thoriqoh Bukan untuk Mencari Kesaktian 


Bila kita selalu ingat kepada Allah, ketika bertutur kata dengan baik, kita akan merasa malu kepada Allah. Inilah diantara tujuan thariqah lainnya.

Bukan untuk bisa berjalan di atas air, bisa melihat barang yang ghaib, menghentikan hujan dan sebagainya. 

Tapi, bagaimana thariqah bisa membersihkan lubuk hati manusia, sehingga kedudukan imannya semakin kuat. Imannya akan semakin bercahaya dengan kalimat Laa ilahaailallah Muhammadurasulullah

Setelah memahami apa itu thariqah, barulah anda berbaiat. Banyak sekali kelompok Thariqah yang mu'tabarah, dari yang ringan sampai yang berat. Ada Syadziliyah, Tijaniyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyyah, Alawiyyah, Syattaryyah dan lain-lain. 

Sumber: Majlis Ta'lim Darul Hasyimi Yogyakarta
Editor: Santri Mandiri


Kalam Ulama Thoriqoh

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel